Sabtu, 25 Agustus 2012

Pada Embun, Dingin, Rindu, Cadar dan Dandelion



Assalamu'alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh... 
sstttt... jangan berisik ya! Lagi bercerita nih! Mau membacanya??? Tafadholl ^_^

Hari ini, sesaat setelah kubuka kedua bola mata, aku terdiam memandang sekelilingku.Teringat hari Raya sudah berlalu. Disini aku dan keluarga tidak pergi untuk liburan. Yahh... walaupun begitu aku punya secuil cerita. Bersama dingin aku ingin melepas rindu. Dengan menjalin ukhwah bersama Ukhty. Ukhty Khadijah namanya. Tapi aku akrab memanggilnya dengan sebutan teteh. Dan menurutku ia sangat spesial. Kalian tau karena apa?? Hmm.. itu karena ia seorang muslimah yang memakai cadar.

Tanggal 25 August 2012. Aku berencana untuk mengunjunginya. Tapi sebelumnya saat itu aku baru saja berlepas dari sakitku. Hmm.. Liburan yang lengkap telah disinggahi oleh sakit. Cakrawala horizontal sudah berada dalam satu tombak. Dan sang angin pun berhembus dengan semilirnya. Melayangkan sebuah tamparan dalam asyikku menikmati sarapan pagi di atas atap putih sebuah rumah. 

Sebelum mengunjungi tetehku yang bertempat tinggal lumayan cukup jauh dari tempat tinggalku. Aku sudah berjanji ingin mengerjakan karya tulis ilmiah. Bersama Ka Dian. Syukur Alhamdulillah karya tulisnya itu masuk grand final. Masuk 3 besar. Aku mengerjakannya di rumah Ka Dian. Untuk membuat ppt sebagai bahan presentasi. 

Waktu kian berjalan menunjukkan matahari sudah tinggi dalam dua tombak. Dan tentang pptnya Alhamdulillah selesai juga. Dan sekarang waktunya meluncur ke Ciapus. Tempatnya tetehku itu. Sebenarnya sih tempat Ma'had Muslimat At-Tauhid. Ia seorang tholibatt (pembimbing) disana. Tholibatt tahfidz dan tahsin. Untuk mencapai kesana kira-kira butuh 1 jam. Dan kalian tau, aku kesana tanpa ditemani teman. So just be self. Hanya bermodalkan mulut dan tenaga saja. Ditambah lagi keadaan badanku masih terasa efek-efek sakit. Maklum aku nekat untuk pergi. Soalnya untuk melepas penasaranku plus rindu. Saat di tengah perjalanan aku melihat dua muslimah (pakai cadar pastinya) plus sepasang suami istri (dan pastinya lagi istrinya itu memakai cadar juga)

Waktu sudah menunjukkan jam 2 siang. Aku sudah berada di gang Purnama. Gang untuk masuk ke MM At-Tauhid. Disana aku hampir nyasar. Dan gimana ngga mau nyasar kalo jalannya banyak belok-belokannya. Dan saat itu tampang ku sudah tak berbentuk lagi. Sudah terjemur oleh terik matahari, tas berisikan laptop, panas, bawaan berat, handphone sinyalnya putus-putus. Aduh lengkap sudah penderitaanku.

Tapi akhirnya teteh ku segera menghampiri dimana aku berada. Ia melihatku langsung tertawa coba. Ngeliat mukaku yang udah kaya panggangan. Dan kami pun berjabat tangan juga saling memberi salam. Dalam perjalanan menuju MM nya, aku ceritakan sebagian saat aku nyasar. Dan sekali lagi dapat respon tawa darinya.

Tak terasa sudah sampai di MM nya. Ternyata tempatnya seperti rumah. Perkiraan aku seperti pondok pesantren gitu. Tapi ternyata tidak. Di dalamnya adem. Aku sejenak istirahat, duduk di sofa, minum dan ditemani kue bolu. Hehehe... biasa lagi laperrrr.  Tidak lama kemudian kami berdua ngobrol. Ada tawa... senyum... dan cengiran. Dan kalian tau pastinya bagi muslimah yang bercadar kalo berhadapan mahromnya dalam suatu ruangan ia melepaskan cadarnya itu. Dan keliatan deh wajah berparas putihnya.

Hari sudah hampir gelap dan aku minta izin untuk pulang. Dan aku di antar sampai depan gang. Di tengah perjalan kami bertemu dua muslimah yang tadi aku ceritakan di tengah cerita. Ternyata dua muslimah itu teman-temannya teteh. Kami pun memberi salam dan berjabat tangan. 

Dan diujung gang pun aku dan teteh Khadijah berpisah. Dengan hati yang lega sudah terbayar akan rasa rinduku ini. Dan itulah secuil ceritaku. Yah... semoga sih bisa bermanfaat. ^_^

Wassalamu'alaykum warahmatullaahi wabarakaatuh...

Note: Untuk masyarakat awam bila melihat muslimah yang bercadar kadang berpendapat Islam yang ekstrim atau Islam teroris. Tapi setelah aku belajar memahami Islam yang sesungguhnya. Para muslimah itu menjalankan syariat Allah dan RasulNya. Bukan mereka Islam ekstrim ataupun teroris. Tidak sama sekali. Dan juga banyak sekali manfaat memakai pakaian seperti itu. Kiasannya seperti ini jika buah apel kulitnya dibuka apa yang akan terjadi? pasti buah itu akan menghitamkan kan? Tapi jika tetap dibiarkan terbungkus dalam kulit. Buah tersebut akan tetap segar. Dan seperti itulah kiasannya.


Senin, 13 Agustus 2012

Tidak Ada Kata Terlambat Untuk Belajar



Ada yang merasa bahwa ia sudah terlalu tua, malu jika harus duduk di majelis ilmu untuk mendengar para ulama menyampaikan ilmu yang berharga dan akhirnya enggan untuk belajar. Padahal ulama di masa silam, bahkan sejak masa sahabat tidak pernah malu untuk belajar, mereka tidak pernah putus asa untuk belajar meskipun sudah berada di usia senja. Ada yang sudah berusia 26 tahun baru mengenal Islam, bahkan ada yang sudah berusia senja -80 atau 90 tahun- baru mulai belajar. Namun mereka-mereka inilah yang menjadi ulama besar karena disertai ‘uluwwul himmah (semangat yang tinggi dalam belajar).

Menuntut ilmu agama adalah amalan yang amat mulia. Lihatlah keutamaan yang disebutkan oleh sahabat Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu,  “Tuntutlah ilmu (belajarlah Islam) karena mempelajarinya adalah suatu kebaikan untukmu. Mencari ilmu adalah suatu ibadah. Saling mengingatkan akan ilmu adalah tasbih. Membahas suatu ilmu adalah jihad. Mengajarkan ilmu pada orang yang tidak mengetahuinya adalah sedekah. Mencurahkan tenaga untuk belajar dari ahlinya adalah suatu qurbah (mendekatkan diri pada Allah).” 

Imam yang telah sangat masyhur di tengah kita, Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata, “Tidak ada setelah berbagai hal yang wajib yang lebih utama dari menuntut ilmu.
Berikut 10 contoh teladan dari ulama salaf di mana ketika berusia senja, mereka masih semangat dalam mempelajari Islam.
Teladan 1 – Dari para sahabat radhiyallahu ‘anhum
Imam Bukhari menyebutkan dalam kitab shahihnya, “Para sahabat belajar pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam baru ketika usia senja”.
Teladan 2 – Perkataan Ibnul Mubarok
Dari Na’im bin Hammad, ia berkata bahwa ada yang bertanya pada Ibnul Mubarok, “Sampai kapan engkau menuntut ilmu?” “Sampai mati insya Allah”, jawab Ibnul Mubarok.
Teladan 3 – Perkataan Abu ‘Amr ibnu Al ‘Alaa’
Dari Ibnu Mu’adz, ia berkata bahwa ia bertanya pada Abu ‘Amr ibnu Al ‘Alaa’, “Sampai kapan waktu terbaik untuk belajar bagi seorang muslim?” “Selama hayat masih dikandung badan”, jawab beliau.
Teladan 4 – Teladan dari Imam Ibnu ‘Aqil
Imam Ibnu ‘Aqil berkata, “Aku tidak pernah menyia-nyiakan waktuku dalam umurku walau sampai hilang lisanku untuk berbicara atau hilang penglihatanku untuk banyak menelaah. Pikiranku masih saja terus bekerja ketika aku beristirahat. Aku tidaklah bangkit dari tempat dudukku kecuali jika ada yang membahayakanku. Sungguh aku baru mendapati diriku begitu semangat dalam belajar ketika aku berusia 80 tahun. Semangatku ketika itu lebih dahsyat daripada ketika aku berusia 30 tahun”.
Teladan 5 – Teladan dari Hasan bin Ziyad
Az Zarnujiy berkata, “Hasan bin Ziyad pernah masuk di suatu majelis ilmu untuk belajar ketika usianya 80 tahun. Dan selama 40 tahun ia tidak pernah tidur di kasur”.
Teladan 6 – Teladan dari Ibnul Jauzi
Kata Adz Dzahabiy, “Ibnul Jauzi pernah membaca Wasith di hadapan Ibnul Baqilaniy dan kala itu ia berusia 80 tahun.”
Teladan 7 – Teladan dari Imam Al Qofal
Al Imam Al Qofal menuntut ilmu ketika ia berusia 40 tahun.
Teladan 8 – Teladan dari Ibnu Hazm
Ketika usia 26 tahun, Ibnu Hazm belum mengetahui bagaimana cara shalat wajib yang benar. Asal dia mulai menimba ilmu diin (agama) adalah ketika ia menghadiri jenazah seorang terpandang dari saudara ayahnya. Ketika itu ia masuk masjid sebelum shalat ‘Ashar, lantas ia langsung duduk tidak mengerjakan shalat sunnah tahiyatul masjid. Lalu ada gurunya yang berkata sambil berisyarat, “Ayo berdiri, shalatlah tahiyatul masjid”. Namun Ibnu Hazm tidak paham. Ia lantas diberitahu oleh orang-orang yang bersamanya, “Kamu tidak tahu kalau shalat tahiyatul masjid itu wajib?”(*) Ketika itu Ibnu Hazm berusia 26 tahun. Ia lantas merenung dan baru memahami apa yang dimaksud oleh gurunya.

Kemudian Ibnu Hazm melakukan shalat jenazah di masjid. Lalu ia berjumpa dengan kerabat si mayit. Setelah itu ia kembali memasuki masjid. Ia segera melaksanakan shalat tahiyatul masjid. Kemudian ada yang berkata pada Ibnu Hazm, “Ayo duduk, ini bukan waktu untuk shalat”(**).
Setelah dinasehati seperti itu, Ibnu Hazm akhirnya mau belajar agama lebih dalam. Ia lantas menanyakan di mana guru tempat ia bisa menimba ilmu. Ia mulai belajar pada Abu ‘Abdillah bin Dahun. Kitab yang ia pelajari adalah mulai dari kitab Al Muwatho’ karya Imam Malik bin Anas.
* Perlu diketahui bahwa hukum shalat tahiyatul masjid menurut jumhur –mayoritas ulama- adalah sunnah. Sedangkan menurut ulama Zhohiriyah, hukumnya wajib.
** Menurut sebagian ulama tidak boleh melakukan shalat tahiyatul masjid di waktu terlarang untuk shalat seperti selepas shalat Ashar. Namun yang tepat, masih boleh shalat tahiyatul masjid meskipun di waktu terlarang shalat karena shalat tersebut adalah shalat yang ada sebab.
Teladan 9 – Teladan dari Syaikh ‘Izzuddin bin ‘Abdis Salam
Beliau adalah ulama yang sudah sangat tersohor dan memiliki lautan ilmu. Pada awalnya, Imam Al ‘Izz sangat miskin ilmu dan beliau baru sibuk belajar ketika sudah berada di usia senja.
Teladan 10 – Teladan dari Syaikh Yusuf bin Rozaqullah
Beliau diberi umur yang panjang hingga berada pada usia 90 tahun. Ia sudah sulit mendengar kala itu, namun panca indera yang lain masih baik. Beliau masih semangat belajar di usia senja seperti itu dan semangatnya seperti pemuda 30 tahun.
Jika kita telah mengetahui 10 teladan di atas dan masih banyak bukti-bukti lainnya, maka seharusnya kita lebih semangat lagi untuk belajar Islam. Dan belajar itu tidak pandang usia. Mau tua atau pun muda sama-sama punya kewajiban untuk belajar. Inilah yang penulis sendiri saksikan di tengah-tengah belajar di Saudi Arabia, banyak yang sudah ubanan namun masih mau duduk dengan ulama-ulama besar seperti Syaikh Sholeh Al Fauzan, bahkan mereka-mereka ini yang duduk di shaf terdepan.
Imam Asy Syafi’i rahimahullah berkata,
مَنْ لَا يُحِبُّ الْعِلْمَ لَا خَيْرَ فِيهِ
“Siapa yang tidak mencintai ilmu (agama), tidak ada kebaikan untuknya.”
Ya Allah berkahilah umur kami dalam ilmu, amal dan dakwah. Wabillahit taufiq.

Referensi:
‘Uluwul Himmah, Muhammad bin Ahmad bin Isma’il Al Muqoddam, terbitan Dar Ibnul Jauzi, hal. 202-206.
Mughnil Muhtaj ila Ma’rifati Ma’ani Alfaazhil Minhaaj, Syamsuddin Muhammad bin Al Khotib Asy Syarbini, terbitan Darul Ma’rifah, cetakan pertama, 1418 H, 1: 31.

@ KSU, Riyadh, KSA, 4 Jumadats Tsani 1433 H

Hati-Hati Memajang Foto di FB

Jangan terlalu lengkap memasang profil diri dan foto di Facebook! Jangan terlalu gampang berteman di Facebook! Waduh, seruan tersebut tentunya tidak terlalu populer, atau cenderung diabaikan para Facebooker.

Ya memang, karena dengan bergesernya konsep dan ide sebuah pertemanan, maka tak apalah pada kenyataannya kita hanya punya segelintir teman di dunia nyata sepanjang punya berjibun (ratusan, ribuan) teman di situs jejaring sosial.

Seolah-olah dengan demikian keeksisan Anda adalah seberapa banyak teman yang dimiliki. Padahal dengan semakin banyak teman, yang kadang hanya teman sekadar kenal atau bahkan tak ingat lagi siapa dia atau bertemu dimana, maka semakin rentan terekspos data diri kita ke pihak-pihak di luar kontrol kita.
Salah satu contoh kasus yang mengingatkan kita akan bahaya bergaul sembarangan di Facebook adalah peristiwa hilangnya seorang remaja bernama Marietta Nova Triani (14). Setelah sempat membuat uring-uringan keluarganya yang merasa kehilangan, ternyata Nova kabur dengan pacarnya Febriani alias Ari (18) yang dikenal melalui Facebook.

Nova yang berasal dari Sidoarjo dibawa kabur pacarnya saat Nova bertamu di perumahan BSD, sejak tanggal 6 Februari 2010 lalu. Nova dan Ari ditemukan polisi di Jatiuwung, Tangerang.
Mungkin Nova hanya satu dari sekian korban pergaulan ‘kebablasan’ yang bermula dari perkenalan di Facebook. Nah, agar kita tidak menjadi korban berikutnya maka ada baiknya langkah-langkah pencegahan berikut ini bisa dijalankan ketika di dunia Facebook:

1). Jangan terlalu lengkap memasang profil atau data diri di Facebook. Tentunya semakin lengkap profil/data diri terpasang, semakin mudah mendapatkan teman. Tetapi di sisi lain, semakin berisiko pula data diri kita disalah-gunakan (abused)

2). Jangan memasang foto-foto diri Anda yang sekiranya Anda sendiri tidak akan merasa nyaman apabila foto tersebut tersebarluaskan secara bebas. Ingatlah, walau foto tersebut “hanya” diposting di akun Facebook Anda, sebenarnya itu sama saja dengan menyebarlukaskan foto tersebut ke publik. Sekali terposting dan tersebar, maka sangat sulit (dan nyaris mustahil) Anda bisa mencabut foto Anda dari Internet. Maka, selektiflah dalam berpose dan memposting foto Anda.

3). Jangan sembarangan ‘add friend’ atau melakukan approval atas permintaan seseorang untuk menjadi teman Anda. Cara memilah dan memilihnya mudah, yaitu lihat saja berapa jumlah “mutual friends” antara Anda dengan seseorang tersebut. Semakin sedikit “mutual friends”-nya, berarti semakin sedikit teman-teman Anda yang kenal dengan dirinya, yang berarti semakin berisiko tinggi. Pastikan Anda hanya menerima “pertemanan” yang “mutual friends”-nya cukup banyak.

4). Jangan sembarangan menerima tag photo. Bolehlah kita “banci tagging”, tetapi berupayalah lebih selektif. Artinya, sekali Anda terjun ke Facebook, rajin-rajinlah memeriksa “keadaan sekeliling”. Karena kita kadang menemukan foto diri kita yang di-upload dan di-tag oleh orang lain, padahal kita tidak suka foto tersebut disebarluaskan. Segera saja kita “untag” diri kita dari foto tersebut dan kalau perlu minta teman kita yang melakukan upload foto tersebut untuk mencabutnya.

5). Jangan tunda-tunda, ketika Anda menemukan data atau profil Anda digunakan oleh pihak lain untuk hal-hal di luar kontrol Anda, segeralah bertindak. Membiarkannya, justru akan membuatnya makin berlarut dan berdampak destruktif, setidaknya untuk kenyamanan diri sendiri. Laporkan langsung ke pengelola layanan untuk segera mencabut informasi aspal (asli tapi palsu) tersebut. Atau, mintalah bantuan pada orang atau pihak yang sekiranya bisa atau paham bagaimana mengatasi hal di atas.

6). Jangan mudah termakan bujuk rayu orang yang baru Anda kenal di Facebook. Karena perlu Anda ingat bahwa seringkali orang menyamarkan identitas aslinya di dunia maya. Apa yang tampak di dunia maya seperti Facebook belum tentu cerminan asli perilaku diri di dunia nyata. Bisa jadi orang yang tampak baik, sopan di Facebook ternyata memiliki watak sebaliknya di dunia nyata. Oleh karena itu sebaiknya berhati-hati dengan teman yang baru dikenal di dunia maya.

*) Penulis, Donny B.U., adalah penggiat kampanye “Be Wise While Online” dalam program Internet Sehat – ICT Watch. Untuk artikel terkait lainnya, dapat dibaca di http://www.ictwatch.com/internetsehat atau http://www.internetsehat.org
Sumber bacaan: http://www.detikinet.com/read/2010/02/09/113758/1295773/510/tips-aman-bergaul-di-facebook

Artikel www.remajaislam.com